Saturday, May 30, 2015

Being Lost With You: Puncak Arca-Cipanas (Jalur Puncak 2, Sentul)

Not all those who Wander are Lost (J.R.R. Tolkien)


Setelah kemarin kami sempat sharing pengalaman perjalanan kami ke Gede, yang walaupun bisa dikatakan agak “payah” jalannya :relieved: Kali ini kami ingin sharing pengalaman kami jalan jalan ke puncak. Mungkin jalan jalan ke Puncak bagi kebanyakan orang udah jadi hal yang biasa aja, tapi pernahkan Anda ke puncak lewat jalur Sentul - Sukamakmur - Cipanas? Walaupun bukan jalur baru, namun sepertinya jalur ini belum terlalu ramai.

Awalnya kami mengetahui jalur Puncak: Sentul - Sukamakmur - Cipanas karena iseng mencari alternatif jalan jalan. Secara kebetulan saya menemukan informasi mengenai pembangunan Jalur Puncak 2, kemudian mulailah kami mencari informasi jalur kesana. Akhir 2014 yang lalu kami pernah melalui jalur puncak 2 ini melalui Sentul - Sukamakmur - Arca - Cipanas dan kami “napak tilas” perjalanan kami lagi tepatnya tanggal 14 Mei 2015 lalu.

Kami bertemu di stasiun bojong sekitar pukul 07.45 an, kemudian kami langsung bergerak ke arah sentul. Karena kami motoran, kami lewat jalan babakan madang ke arah sentul. Di tengah jalan si mas kebelet jadi kami terpaksa mencari pom bensin terdekat :alien: 

mas kebelet

Setelah cukup lama saya menunggu mas yang sedang menunaikan panggilan alam akhirnya, sekitar pukul 08.45 kami meneruskan perjalanan. Dari babakan madang ke arah sentul city, kami memilih jalan di samping SICC, melintasi depan hotel harris. Sebenarnya jalan ini kurang baik kondisinya, beberapa lubang ukurannya cukup besar dan dalam, apalagi kondisi setelah hujan yang becek dan licin. Sangat tidak direkomendasikan untuk roda 4.

Setelah melintasi jalan tersebut, kurang lebih 500m setelah itu kami sampai di bundaran Jln MH Thamrin Sentul City, dari bundaran ini kami belok kiri kearah sentul Nirwana. Jalanan di daerah Sentul sangat asri, khas dengan tamannya yang luas disepanjang jalan. Di beberapa spot juga tampak siluet perbukitan hambalang dan gunung entah apa yang saya kurang tau, tapi cantik .Oh iya, bagi yang belum sempat mengisi bahan bakar, harap mempersiapkan dulu mencari pom bensin di daerah ini, soalnya setelah lepas dari jalan arteri sentul city dan sudah tidak akan ditemui lagi pom bensin hanya penjual bensin eceran atau pertamini saja yang ada.



Setelah melewati beberapa venue, villa, gerbang perumahan, dan masjid berbentuk jamur sampailah kita di bundaran sentul nirwana. Area bundaran berupa rumput hijau dan tulisan “SENTUL NIRWANA” berwarna silver. Dari bundaran itu, ambil arah kiri menuju arah jungle land.

masjid berbentuk jamur

sentul nirwana

Setelah belok kiri menuju arah junggle land selepas bundaran sentul nirwana, Anda akan memasuki komplek perumahan yang bagian depannya berupa ruko ruko (saat itu masih banyak yang kosong) dan sedikit gersang. Menurut saya, ada sesuatu yang cukup mencolok perbedaan antara daerah sentul city jln. MH Thamrin tadi dengan area ini, mungkin karena kurangnya tanaman disepanjang jalan dan digantikan dengan ruko ruko ini.

SENTUL CITY – KARANG TENGAH – SUKA MAKMUR

Apabila kita berjalan luruus mengikuti jalan ber-ruko ini, maka kita akan sampai di gerbang Jungle Land. Ciri ciri nya adalah banyak satpam yang berjaga disana. Untuk menuju ke puncak, kami mengambil arah kanan dan masuk ke daerah perkampungan, tepat sebelum pintu parkir Jungle Land.



Jalan ini merupakan jalan perkampungan warga, beberapa meter setelah belok kami melewati pertigaan gunung pancar. Apabila Anda ingin mampir sejenak ke gunung pancar, Anda dapat memilih jalan belok ke kanan mengikuti papan petunjuk. Jarak nya tidak terlalu jauh hanya sekitar 2km dari pertigaan itu untuk sampai ke pintu gerbang Gunung Pancar. Pemandangan di gunung pancar juga cukup menarik, hamparan hutan pinus dan beberapa area camping ground serta ada pula pemandian air panas disana. Untuk masuk ke area Gunung Pancar, pengunjung diwajibkan membayar 5K per orang dan 5K per motor (2014). Kami sempat salah belok dulu waktu pertama kali menjajal jalur puncak Arca ini, walaupun saat itu kami jadi pengunjung karena “nyasar” tapi saya rasa Gunung Pancar cukup seru untuk dijadikan spot camp bareng temen temen atau saudara yang pingin ngerasain segernya hawa pegunungan tanpa harus repot repot gendong carier berat dan jalan jauh :yum:

Kembali ke jalur Puncak Arca, dari pertigaan gunung pancar ambil arah kiri. Tepat setelah belok kami diminta membayar retribusi untuk masuk ke area tsb. Awalnya kami bengong, wong 2014 lalu waktu kami melewati jalur ini masih belum ada pungutan semacam ini. Belakangan akhirnya kami tau bahwa pungutan tersebut target utamanya adalah pengunjung yang bertujuan ke Leuwi Hejo, Leuwi Priok dan beberapa curug alami lainnya yang banyak terdapat di desa Karang Tengah, sepanjang jalur ini.


Jalur yang kami lalui memiliki medan yang bisa dibilang cukup menantang, beberapa bagian jalan aspalnya dalam kondisi baik, namun tidak jarang pula yang berubah menjadi jalan berbatu. Tebing dan jurang disepanjang jalan juga sudah menjadi hal yang lazim, tidak ketinggalan pula turunan dan tanjakan tajam bahkan berkelok kelok.

jalan bagus

jalan jelek

bates jalan bagus ke jalan jelek

Walaupun kami melewati jalanan yang sebagian besar kondisinya kurang baik, namun pemandangan dan udara didaerah Karang Tengah ini sangat sejuk, belum terlalu banyak kendaraan yang melintas. Salah satu yang menarik perhatian saya adalah jembatan kayu. Jembatan dengan alas papan kayu yang ditata sedemikian rupa nampaknya sedang dalam fase duplikasi, ada saudara nya sesama jembatan yang sedang dibagun tepat disebelah jembatan kayu ini. Memang jembatan kayu ini kondisinya sudah tidak baik, banyak papan kayu yang sudah lepas. Anda harus berhati hati dan selektif waktu melintasi jembatan ini.

jembatan kayu


Selepas jembatan kayu tidak jauh dari itu, banyak bapak bapak berseragam hansip yang menawarkan parkir. Rupanya disitulah area parkir untuk yang berminat mengunjungi curung leuwi hejo, leuwi priok dan curug lainnya. Belakangan setelah saya browshing tentang curug tersebut ternyata untuk mencapainya masih membutuhkan tracking lagi dan lumayan jauh. Ditempat ini juga ternyata kami harus berpisah dengan biker biker yang lain, karena tujuan kami masih jauh akhirnya kami melanjutkan perjalanan.

Lepas dari desa Karang Tengah, kurang lebih setelah 1 jam 15 menit perjalanan, kami memasuki Suka Makmur. Menurut kami jika dilihat sekilas, kondisinya lebih mature secara ekonomi dibandingkan desa Karang Tengah tadi. Disini kami tidak menjumpai lagi pungli di jalan, jalanannya juga lebih halus, dan lebih banyak warung disepanjang jalan :smile:

SUKAMAKMUR – ARCA – KOTA BUNGA

Kami menyusuri terus jalan sepanjang Suka Makmur, pemandangan cantik tak bosan bosannya menemani perjalanan kami. Kami tiba di pertigaan Pasar (saya kurang tau pasar apa), saya sempat memfoto papan penunjuk jalan. Rupanya kami sudah tiba di titik tengah perjalanan kami : 27 Km dari Sentul dan 27 KM menuju ke Kota Bunga, Alhamdulillah..

Pertigaan pasar

Perjalanan melalui Suka Makmur cukup membuat ciut hati kami, dulu ketika pertama kali melewati jalur ini. Dari kejauhan bukit bukit menjulang siap menyapa kami, langsung terbayang betapa sulitnya medan disana, mengingat Kota Bunga yang kami tuju ada dibalik jajaran bukit bukit tadi. Namun, semakin kami mendekat dan memasuki area Hutan Lindung Taman Wisata Curug Cipamingkis, pemandangan pun semakin cantik, teduh dan tenang.



memasuki wilayah sukamakmur

Didaerah ini juga banyak dijumpai wisata alam seperti hutan jati,curug dan perkebunan teh. Beberapa kali kami juga berpapasan dengan warga sekitar dan pengunjung yang ingin berwisata di daerah ini.

Perjalanan kami melalui Suka makmur terasa panjaang sekali. Beberapa kali kami harus berhenti, untuk bergantian memberikan jalan, karena jalanan disini walaupun terbilang cukup baik kondisinya, cukup berbahaya mengingat kanan kirinya berupa jurang. Atau kadang kami juga harus berhenti ketika ada rombongan yang tidak mampu melewati tanjakan dan harus didorong oleh anak anak sekitar.



Selepas suka makmur, kami sampai di desa Arca, perbatasan antara kabupaten bogor dengan kabupaten Cianjur.

persimpangan menuju desa arca


Dari pertigaan Sukamakmur ke Arca kami membutuhkan waktu sekitar 1 jam. Selepas suka makmur menuju arca jalan yang kami lalui kondisinya tidak jalur sukamakmur. Beberapa spot bahkan terlihat berlumpur sangat licin. Sementara untuk pemandangannya, jelas tidak kalah menarik dibandingkan sebelumnya. Kami berada di dataran yang cukup tinggi, dibalik bukit yang tampak menjulang tadi :worried:s

pemandangan di puncak arca


 

kebun teh Ciseureuh, Arca

Kami memutuskan untuk berhenti sebentar dan berfoto disini.



Perjalanan menuju ke Kota Bunga tidak jauh lagi, dari desa Arca, naik-turun Perkebunan Teh Ciseureuh, berujung di Desa Batulawang, sebelah utara Kota Bunga.

gerbang desa batu lawang


Ketika melintasi Gerbang Desa Batu Lawang ada rasa lega, Alhamdulillah akhirnya kami tiba di pertigaan kota bunga (arah taman bunga nusantara) jam 11.19.

persimpangan kota bunga

Dari sana, kami melanjutkan perjalanan mengikuti suara perut kami. Dan ternyata kami “dituntun” ke warung sate paling terkenal di Cipanas Warung Sate Shinta :fork_and_knife: 


Setelah makan siang, kami melanjutkan perjalanan pulang ke Jakarta. Sebelumnya, kami mampir dulu untuk sholat dzuhur di Masjid At Ta’awun Puncak.

Sampai disini dulu cerita penjelajahan kami menuju puncak Bogor lewat Puncak Arca (Sentul, Sukamakmur, Arca, Kota Bunga). Terima kasih sudah membaca. Mohon maaf kalo ada salah kata. Dan semoga bisa bermanfaat buat temen-temen semua.

Let’s get going!

Share:

Saturday, May 9, 2015

Pendakian Gunung Gede via Gunung Putri (Part 2)



Melanjutkan cerita di part 1, sekarang kita mulai perjalanan sebenarnya.

In the end, you won’t remember the time you spent working in the office or mowing your lawn. Climb that goddamn mountain. (Jack Kerouac)

Buat yang males baca part 1 nya, isinya emang banyakan curhat ga penting sih. hehe.. Jadi saya bersama nyonya, mbak Rinai (kakaknya nyonya), dan mas Andi (temennya mbak Rinai) ikut open trip pendakian gunung gede dari Wisata Gunung. Sesuai judulnya, dari ketiga jalur pendakian gede (cibodas, gunung putri, dan salabintana), jalur yang akan ditempuh adalah jalur gunung putri. Di akhir part 1 saya ceritakan kami sudah berada di rumah istirahat di gunung putri dan bersiap untuk memulai pendakian. Bagaimana cerita selengkapnya, simak ceritanya sampe abis ya :grin:

Share:

Pendakian Gunung Gede via Gunung Putri (Part 1)


 

Halo,

Bulan lalu, persisnya tanggal 18-19 April 2015 kemarin, saya dan nyonya baru saja melakukan pendakian ke gunung gede. Pendakian ini sudah lama kami tunggu-tunggu. Nyonya memang sejak lama bilang pengen banget naik gunung gede. Tapi, malah yang menginisiasi pendakian kemarin sebenarnya kakaknya si nyonya, mbak Rinai. Mbak Rinai yang tiba-tiba semangat pengen naik gunung. Saya trus usul untuk ikut open trip yang diadakan oleh Wisata Gunung saja. Singkatnya, saya, nyonya, mbak Rinai, ditambah dua temannya mbak Rinai: mas Andi dan mbak Ma’muroh (akhirnya batal ikut karena anaknya sedang sakit), kami berlima mendaftar open trip pendakian gunung gede.

Persiapan

Persiapan saya dan nyonya untuk pendakian ini boleh dibilang hampir ga ada. Kami susah banget meluangkan waktu untuk latihan fisik. Boro-boro latihan fisik, nyiapin perlengkapan pendakian aja kami keteteran minjem sana-sini. Sampe yang paling parahnya, sepatu gunung buat nyonya dan kakaknya yang udah di-tag di persewaan sejak sebulan sebelumnya, pas hari-H nya persewaannya bilang barangnya gada. Nah loh?! Akhirnya nyonya terpaksa beli baru. Tapi walaupun dengan persiapan yang minim itu, Alhamdulillah kami bisa berangkat.

Keberangkatan (Jum’at, 17 April)

Kosan Nyonya - 19.30

Saya, nyonya, mbak Rinai, dan mas Andi kumpul di kosan nyonya sekitar jam 19.30. Sebelum berangkat kami mengecek seluruh perlengkapan dan menata kembali isi carrier. Setelah semuanya siap, sekitar jam 20.30 kami berangkat naik taksi dari kosan nyonya di salemba menuju meeting point yang kami pilih, terminal kp rambutan. Naik taksi di hari Jum’at malem bener-bener nguji kesabaran. Macetnya ga nahan. Ga di jalan tol, ga di jalan biasa, macet semua. Di dalem taksi kami ngobrolin banyak hal, mulai dari kebiasaan aneh nya mbak Rinai sampe cerita-cerita lucunya dek Wicak (adeknya nyonya dan mbak Rinai). Ga kerasa akhirnya sampe di kp rambutan. Ongkos taksinya kalo ga salah 80 ribu, dibayarin sama mas Andi. :blush:

Kampung Rambutan - 21.30

Peserta pendakian ini total ada 16 orang. Ada dua meeting point yang bisa dipilih, kampung rambutan atau pasar cipanas. Sebagian besar peserta (13 orang) memilih meeting point di masjid terminal kampung rambutan, sedangkan tiga lagi menunggu di pasar cipanas. Ada keunikan tersendiri jika ikut open trip, yakni kita akan jalan bersama orang yang baru kita temui. Tapi ga usah khawatir, walaupun pada awalnya mungkin pada jaim, pada akhirnya pasti bakal membaur dengan sendirinya. Menurut saya sih karena semua peserta punya visi yang sama, yaitu jalan-jalan dan menikmati alam :grin:

Disana juga lah pertama kalinya kami bertemu dengan empunya wisata gunung, mas Ase, setelah sebelumnya hanya komunikasi melalui grup whatsapp. Satu hal yang ga berubah dari mas Ase sejak saya ikut open trip nya dia tahun 2013 lalu, kepada peserta open trip nya dia pertama kali, dia akan memperkenalkan diri sebagai John :sweat: Oiya, si mas Ase ini kakak angkatan saya dan nyonya di Fasilkom (Fakultas Ilmu Komputer), dia angkatan 2007. Dan lucunya, dulu nyonya ngira kalo mas Ase ini anak FIB (Fakultas Ilmu Budaya), gara-gara orangnya yang emang ‘rame’, ga seperti anak fasilkom pada umumnya. Haha :smile: Selain mas Ase, kami juga ketemu mas Sapta dan mas Bocil, yang kemudian akan jadi guide pendakian kami.

Wisata gunung mengutamakan keselamatan dalam setiap trip nya. Peserta pun diwajibkan untuk membawa surat keterangan sehat sebagai bukti kalo peserta dalam kondisi fisik yang baik. Bagus sih, untuk meminimalisir kejadian-kejadian yang tidak diinginkan selama pendakian nantinya. Tapi mahal juga cui bikin surat kesehatan waktu itu di klinik 24 jam rawasari, 60rb dua orang :sob:

Kp Rambutan - 22.00

Setelah ke-13 peserta meeting point kp rambutan lengkap, semuanya pun dikumpulkan. Dimulai dari mas Ase dan guide-nya, masing-masing memperkenalkan diri secara singkat. Selain kami berempat, peserta lain yang memilih meeting point di kp rambutan yaitu Fajar, Icha, Andika, Nuraziz, Juari, Steffy, Meli, Rezki, dan Pak Budi. Selesai berkenalan, mas Ase memberi briefing singkat mengenai teknis keberangkatan.

Kami berangkat dari terminal kampung rambutan sekitar jam 22.30 dengan menumpang bus jurusan Cianjur. Ongkosnya 25 ribu ditanggung masing-masing peserta. Dan alhamdulillah kami dibayarin mas Andi lagi. :smile: Ada banyak pendaki lain di kp rambutan, keliatan dari carrier gede yang mereka bawa. Terminal ini memang jadi pilihan favorit para pendaki yang ingin ke gunung di Jawa Barat.

Di dalam bis saya duduk dengan nyonya, sedangkan mbak Rinai duduk dengan mas Andi. cieee :heart_eyes: Sempat agak heran karena bis yang tadinya kosong tiba-tiba penuh oleh pendaki yang bukan rombongan kami. Jadi rame. haha :laughing:

Semua penumpang naik, dan bis pun jalan meninggalkan terminal kampung rambutan. Ga lama setelah bis jalan, saya ngantuk dan rasanya pengen banget tidur. Ga tega sih tidur, karena nyonya ga bisa tidur gara-gara kena silau lampu di dalem bis. Tapi saya kemudian ga kuat juga nahan ngantuk dan ketiduran. Sesampainya di cipanas baru si nyonya cerita kalo selama perjalanan, dia pengen nunjukin pemandangan bagus.. Cimory, at-ta’awun, lampu.. Tapi saya nya tidur. Hehe.. Maaf sayang.. :grin:

Pasar Cipanas - Tengah Malam

Skip-skip perjalanan di bis karena saya ketiduran, bis pun sampe di pasar cipanas. Turun dari bis, udara dingin mulai menyerang. Selain kami, udah banyak pendaki lain yang duduk-duduk di pinggir jalan. Kami pun memilih spot kosong di trotoar dan menunggu mas Ase dan tim yang mencari tiga peserta lain yang memilih meeting point di pasar Cipanas, yaitu Au, Ridwan, dan Fallah. Beberapa lama menunggu, akhirnya semua lengkap dan kami naik angkot carter an yang sudah disiapkan. Salah satu enaknya ikut open trip ya ini, ga perlu pusing mikirin transportasi, semuanya udah diatur dan dipersiapkan, peserta tinggal menikmati perjalanan.

Perjalanan dari pasar Cipanas menuju base camp gunung putri makan waktu sekitar setengah jam. Jalannya sempit dan rusak parah. Cuma muat buat dua angkot, jadi kalo ada truk sayur atau truk TNI lewat, kendaraan lain harus melipir. Waktu di angkot, kami papasan sama rombongan pendaki yang sedang jalan. Strong banget mereka, padahal jarak dari pasar Cipanas sampe atas itu lumayan jauh dan nanjak. Ya mungkin jadi pemanasan buat mereka.

Guest House, Gunung Putri - 03.00

Sekitar jam 03.00 kami tiba di kawasan Gunung Putri. Kami mengikuti mas Ase ke salah satu rumah warga yang dijadikan tempat beristirahat. Lumayan lah untuk sekedar nyelonjorin kaki. Udara di sini terasa lebih dingin dibanding di pasar cipanas tadi. Nempelin kulit di ubin aja rasanya nyelekit. Masih ada waktu cukup buat istirahat, saya mencoba tidur beralas matras.

Sekitar jam 04.30, saya dan mas Andi keluar buat shalat subuh di mesjid yang letaknya ga jauh dari tempat istirahat. Airnya bro… brrr dingin pisan.. Selesai shalat, kami kembali ke rumah istirahat, kemudian bareng sama nyonya, mbak Rinai, dan Au sarapan di warung sebelah rumah. Ga ekspektasi tinggi sih, lumayan lah saya makan nasi sama ati. Yang lain sih rata-rata ambil telor.

Selesai shalat dan makan, kami berkumpul untuk menerima briefing dari mas Ase, isinya kurang lebih negesin tata tertib dan kesepakatan bersama antara Wisata Gunung sebagai penyelenggara dan peserta. Ini penting biar sama-sama enak selama pendakian.

Yak.. Cerita ngalor-ngidul ga kerasa banyak juga.. Lanjutannya disambung di part 2 ya.. :wave:

Share: