Kemarin, tepatnya hari Sabtu tanggal 6 Juni 2015, saya bersama nyonya mencoba explore
Sukabumi. Awalnya sih karena bosen jalan-jalan ke Bogor dan Puncak.
Tetangganya Jakarta, yaitu Bekasi dan Tangerang, kami coret dari daftar
destinasi kami karena sampe sekarang belum nemu tempat yang menarik
disana. hehe
Setelah mencari-cari, akhirnya kami putuskan untuk jalan-jalan ke
Sukabumi karena tempatnya yang dekat dengan Bogor dan ada beberapa
pilihan tempat wisata yang menarik, terutama wisata alamnya. Contohnya, rafting di Sungai Citarik, taman rekreasi Selabintana, Kawah Ratu, dan juga tempat yang jadi pilihan kami kali ini, yaitu Situ Gunung.
Not all those who Wander are Lost (J.R.R. Tolkien)
Setelah kemarin kami sempat sharing pengalaman perjalanan kami ke Gede, yang walaupun bisa dikatakan agak “payah” jalannya
Kali ini kami ingin sharing pengalaman kami jalan jalan ke puncak.
Mungkin jalan jalan ke Puncak bagi kebanyakan orang udah jadi hal yang
biasa aja, tapi pernahkan Anda ke puncak lewat jalur Sentul - Sukamakmur
- Cipanas? Walaupun bukan jalur baru, namun sepertinya jalur ini belum
terlalu ramai.
Awalnya kami mengetahui jalur Puncak: Sentul - Sukamakmur - Cipanas
karena iseng mencari alternatif jalan jalan. Secara kebetulan saya
menemukan informasi mengenai pembangunan Jalur Puncak 2, kemudian
mulailah kami mencari informasi jalur kesana. Akhir 2014 yang lalu kami
pernah melalui jalur puncak 2 ini melalui Sentul - Sukamakmur - Arca -
Cipanas dan kami “napak tilas” perjalanan kami lagi tepatnya tanggal 14
Mei 2015 lalu.
Kami bertemu di stasiun bojong sekitar pukul 07.45 an, kemudian kami
langsung bergerak ke arah sentul. Karena kami motoran, kami lewat jalan
babakan madang ke arah sentul. Di tengah jalan si mas kebelet jadi kami
terpaksa mencari pom bensin terdekat
mas kebelet
Setelah cukup lama saya menunggu mas yang sedang menunaikan panggilan
alam akhirnya, sekitar pukul 08.45 kami meneruskan perjalanan. Dari
babakan madang ke arah sentul city, kami memilih jalan di samping SICC,
melintasi depan hotel harris. Sebenarnya jalan ini kurang baik
kondisinya, beberapa lubang ukurannya cukup besar dan dalam, apalagi
kondisi setelah hujan yang becek dan licin. Sangat tidak
direkomendasikan untuk roda 4.
Setelah melintasi jalan tersebut, kurang lebih 500m setelah itu kami
sampai di bundaran Jln MH Thamrin Sentul City, dari bundaran ini kami
belok kiri kearah sentul Nirwana. Jalanan di daerah Sentul sangat asri,
khas dengan tamannya yang luas disepanjang jalan. Di beberapa spot juga
tampak siluet perbukitan hambalang dan gunung entah apa yang saya
kurang tau, tapi cantik .Oh iya, bagi yang belum sempat mengisi bahan
bakar, harap mempersiapkan dulu mencari pom bensin di daerah ini,
soalnya setelah lepas dari jalan arteri sentul city dan sudah tidak akan
ditemui lagi pom bensin hanya penjual bensin eceran atau pertamini saja
yang ada.
Setelah melewati beberapa venue, villa, gerbang perumahan, dan masjid
berbentuk jamur sampailah kita di bundaran sentul nirwana. Area
bundaran berupa rumput hijau dan tulisan “SENTUL NIRWANA” berwarna
silver. Dari bundaran itu, ambil arah kiri menuju arah jungle land.
masjid berbentuk jamur
sentul nirwana
Setelah belok kiri menuju arah junggle land selepas bundaran sentul
nirwana, Anda akan memasuki komplek perumahan yang bagian depannya
berupa ruko ruko (saat itu masih banyak yang kosong) dan sedikit
gersang. Menurut saya, ada sesuatu yang cukup mencolok perbedaan antara
daerah sentul city jln. MH Thamrin tadi dengan area ini, mungkin karena
kurangnya tanaman disepanjang jalan dan digantikan dengan ruko ruko ini.
SENTUL CITY – KARANG TENGAH – SUKA MAKMUR
Apabila kita berjalan luruus mengikuti jalan ber-ruko ini, maka kita
akan sampai di gerbang Jungle Land. Ciri ciri nya adalah banyak satpam
yang berjaga disana. Untuk menuju ke puncak, kami mengambil arah kanan
dan masuk ke daerah perkampungan, tepat sebelum pintu parkir Jungle
Land.
Jalan ini merupakan jalan perkampungan warga, beberapa meter setelah
belok kami melewati pertigaan gunung pancar. Apabila Anda ingin mampir
sejenak ke gunung pancar, Anda dapat memilih jalan belok ke kanan
mengikuti papan petunjuk. Jarak nya tidak terlalu jauh hanya sekitar 2km
dari pertigaan itu untuk sampai ke pintu gerbang Gunung Pancar.
Pemandangan di gunung pancar juga cukup menarik, hamparan hutan pinus
dan beberapa area camping ground serta ada pula pemandian air panas
disana. Untuk masuk ke area Gunung Pancar, pengunjung diwajibkan
membayar 5K per orang dan 5K per motor (2014). Kami sempat salah belok
dulu waktu pertama kali menjajal jalur puncak Arca ini, walaupun saat
itu kami jadi pengunjung karena “nyasar” tapi saya rasa Gunung Pancar
cukup seru untuk dijadikan spot camp bareng temen temen atau saudara
yang pingin ngerasain segernya hawa pegunungan tanpa harus repot repot
gendong carier berat dan jalan jauh
Kembali ke jalur Puncak Arca, dari pertigaan gunung pancar ambil arah
kiri. Tepat setelah belok kami diminta membayar retribusi untuk masuk
ke area tsb. Awalnya kami bengong, wong 2014 lalu waktu kami melewati
jalur ini masih belum ada pungutan semacam ini. Belakangan akhirnya kami
tau bahwa pungutan tersebut target utamanya adalah pengunjung yang
bertujuan ke Leuwi Hejo, Leuwi Priok dan beberapa curug alami lainnya
yang banyak terdapat di desa Karang Tengah, sepanjang jalur ini.
Jalur yang kami lalui memiliki medan yang bisa dibilang cukup
menantang, beberapa bagian jalan aspalnya dalam kondisi baik, namun
tidak jarang pula yang berubah menjadi jalan berbatu. Tebing dan jurang
disepanjang jalan juga sudah menjadi hal yang lazim, tidak ketinggalan
pula turunan dan tanjakan tajam bahkan berkelok kelok.
jalan bagus
jalan jelek
bates jalan bagus ke jalan jelek
Walaupun kami melewati jalanan yang sebagian besar kondisinya kurang
baik, namun pemandangan dan udara didaerah Karang Tengah ini sangat
sejuk, belum terlalu banyak kendaraan yang melintas. Salah satu yang
menarik perhatian saya adalah jembatan kayu. Jembatan dengan alas papan
kayu yang ditata sedemikian rupa nampaknya sedang dalam fase duplikasi,
ada saudara nya sesama jembatan yang sedang dibagun tepat disebelah
jembatan kayu ini. Memang jembatan kayu ini kondisinya sudah tidak baik,
banyak papan kayu yang sudah lepas. Anda harus berhati hati dan
selektif waktu melintasi jembatan ini.
jembatan kayu
Selepas jembatan kayu tidak jauh dari itu, banyak bapak bapak
berseragam hansip yang menawarkan parkir. Rupanya disitulah area parkir
untuk yang berminat mengunjungi curung leuwi hejo, leuwi priok dan curug
lainnya. Belakangan setelah saya browshing tentang curug tersebut
ternyata untuk mencapainya masih membutuhkan tracking lagi dan lumayan
jauh. Ditempat ini juga ternyata kami harus berpisah dengan biker biker
yang lain, karena tujuan kami masih jauh akhirnya kami melanjutkan
perjalanan.
Lepas dari desa Karang Tengah, kurang lebih setelah 1 jam 15 menit
perjalanan, kami memasuki Suka Makmur. Menurut kami jika dilihat
sekilas, kondisinya lebih mature secara ekonomi dibandingkan desa Karang
Tengah tadi. Disini kami tidak menjumpai lagi pungli di jalan,
jalanannya juga lebih halus, dan lebih banyak warung disepanjang jalan
SUKAMAKMUR – ARCA – KOTA BUNGA
Kami menyusuri terus jalan sepanjang Suka Makmur, pemandangan cantik
tak bosan bosannya menemani perjalanan kami. Kami tiba di pertigaan
Pasar (saya kurang tau pasar apa), saya sempat memfoto papan penunjuk
jalan. Rupanya kami sudah tiba di titik tengah perjalanan kami : 27 Km
dari Sentul dan 27 KM menuju ke Kota Bunga, Alhamdulillah..
Pertigaan pasar
Perjalanan melalui Suka Makmur cukup membuat ciut hati kami, dulu
ketika pertama kali melewati jalur ini. Dari kejauhan bukit bukit
menjulang siap menyapa kami, langsung terbayang betapa sulitnya medan
disana, mengingat Kota Bunga yang kami tuju ada dibalik jajaran bukit
bukit tadi. Namun, semakin kami mendekat dan memasuki area Hutan Lindung
Taman Wisata Curug Cipamingkis, pemandangan pun semakin cantik, teduh
dan tenang.
memasuki wilayah sukamakmur
Didaerah ini juga banyak dijumpai wisata alam seperti hutan
jati,curug dan perkebunan teh. Beberapa kali kami juga berpapasan dengan
warga sekitar dan pengunjung yang ingin berwisata di daerah ini.
Perjalanan kami melalui Suka makmur terasa panjaang sekali. Beberapa
kali kami harus berhenti, untuk bergantian memberikan jalan, karena
jalanan disini walaupun terbilang cukup baik kondisinya, cukup berbahaya
mengingat kanan kirinya berupa jurang. Atau kadang kami juga harus
berhenti ketika ada rombongan yang tidak mampu melewati tanjakan dan
harus didorong oleh anak anak sekitar.
Selepas suka makmur, kami sampai di desa Arca, perbatasan antara kabupaten bogor dengan kabupaten Cianjur.
persimpangan menuju desa arca
Dari pertigaan Sukamakmur ke Arca kami membutuhkan waktu sekitar 1
jam. Selepas suka makmur menuju arca jalan yang kami lalui kondisinya
tidak jalur sukamakmur. Beberapa spot bahkan terlihat berlumpur sangat
licin. Sementara untuk pemandangannya, jelas tidak kalah menarik
dibandingkan sebelumnya. Kami berada di dataran yang cukup tinggi,
dibalik bukit yang tampak menjulang tadi s
pemandangan di puncak arca
kebun teh Ciseureuh, Arca
Kami memutuskan untuk berhenti sebentar dan berfoto disini.
Perjalanan menuju ke Kota Bunga tidak jauh lagi, dari desa Arca,
naik-turun Perkebunan Teh Ciseureuh, berujung di Desa Batulawang,
sebelah utara Kota Bunga.
gerbang desa batu lawang
Ketika melintasi Gerbang Desa Batu Lawang ada rasa lega,
Alhamdulillah akhirnya kami tiba di pertigaan kota bunga (arah taman
bunga nusantara) jam 11.19.
persimpangan kota bunga
Dari sana, kami melanjutkan perjalanan mengikuti suara perut kami.
Dan ternyata kami “dituntun” ke warung sate paling terkenal di Cipanas Warung Sate Shinta
Setelah makan siang, kami melanjutkan perjalanan pulang ke Jakarta.
Sebelumnya, kami mampir dulu untuk sholat dzuhur di Masjid At Ta’awun
Puncak.
Sampai disini dulu cerita penjelajahan kami menuju puncak Bogor lewat
Puncak Arca (Sentul, Sukamakmur, Arca, Kota Bunga). Terima kasih sudah
membaca. Mohon maaf kalo ada salah kata. Dan semoga bisa bermanfaat buat
temen-temen semua.
Melanjutkan cerita di part 1, sekarang kita mulai perjalanan sebenarnya.
In the end, you won’t remember the time
you spent working in the office or mowing your lawn. Climb that goddamn
mountain. (Jack Kerouac)
Buat yang males baca part 1 nya, isinya emang banyakan curhat ga
penting sih. hehe.. Jadi saya bersama nyonya, mbak Rinai (kakaknya
nyonya), dan mas Andi (temennya mbak Rinai) ikut open trip pendakian
gunung gede dari Wisata Gunung.
Sesuai judulnya, dari ketiga jalur pendakian gede (cibodas, gunung
putri, dan salabintana), jalur yang akan ditempuh adalah jalur gunung
putri. Di akhir part 1 saya ceritakan kami sudah berada di rumah
istirahat di gunung putri dan bersiap untuk memulai pendakian. Bagaimana
cerita selengkapnya, simak ceritanya sampe abis ya
Bulan lalu, persisnya tanggal 18-19 April 2015 kemarin, saya dan
nyonya baru saja melakukan pendakian ke gunung gede. Pendakian ini sudah
lama kami tunggu-tunggu. Nyonya memang sejak lama bilang pengen banget
naik gunung gede. Tapi, malah yang menginisiasi pendakian kemarin
sebenarnya kakaknya si nyonya, mbak Rinai. Mbak Rinai yang tiba-tiba
semangat pengen naik gunung. Saya trus usul untuk ikut open trip yang
diadakan oleh Wisata Gunung
saja. Singkatnya, saya, nyonya, mbak Rinai, ditambah dua temannya mbak
Rinai: mas Andi dan mbak Ma’muroh (akhirnya batal ikut karena anaknya
sedang sakit), kami berlima mendaftar open trip pendakian gunung gede.
Persiapan
Persiapan saya dan nyonya untuk pendakian ini boleh dibilang hampir
ga ada. Kami susah banget meluangkan waktu untuk latihan fisik.
Boro-boro latihan fisik, nyiapin perlengkapan pendakian aja kami
keteteran minjem sana-sini. Sampe yang paling parahnya, sepatu gunung
buat nyonya dan kakaknya yang udah di-tag di persewaan sejak sebulan
sebelumnya, pas hari-H nya persewaannya bilang barangnya gada. Nah loh?!
Akhirnya nyonya terpaksa beli baru. Tapi walaupun dengan persiapan yang
minim itu, Alhamdulillah kami bisa berangkat.
Keberangkatan (Jum’at, 17 April)
Kosan Nyonya - 19.30
Saya, nyonya, mbak Rinai, dan mas Andi kumpul di kosan nyonya sekitar
jam 19.30. Sebelum berangkat kami mengecek seluruh perlengkapan dan
menata kembali isi carrier. Setelah semuanya siap, sekitar jam
20.30 kami berangkat naik taksi dari kosan nyonya di salemba menuju
meeting point yang kami pilih, terminal kp rambutan. Naik taksi di hari
Jum’at malem bener-bener nguji kesabaran. Macetnya ga nahan. Ga di jalan
tol, ga di jalan biasa, macet semua. Di dalem taksi kami ngobrolin
banyak hal, mulai dari kebiasaan aneh nya mbak Rinai sampe cerita-cerita
lucunya dek Wicak (adeknya nyonya dan mbak Rinai). Ga kerasa akhirnya
sampe di kp rambutan. Ongkos taksinya kalo ga salah 80 ribu, dibayarin
sama mas Andi.
Kampung Rambutan - 21.30
Peserta pendakian ini total ada 16 orang. Ada dua meeting point
yang bisa dipilih, kampung rambutan atau pasar cipanas. Sebagian besar
peserta (13 orang) memilih meeting point di masjid terminal kampung
rambutan, sedangkan tiga lagi menunggu di pasar cipanas. Ada keunikan
tersendiri jika ikut open trip, yakni kita akan jalan bersama orang yang
baru kita temui. Tapi ga usah khawatir, walaupun pada awalnya mungkin
pada jaim, pada akhirnya pasti bakal membaur dengan sendirinya. Menurut
saya sih karena semua peserta punya visi yang sama, yaitu jalan-jalan
dan menikmati alam
Disana juga lah pertama kalinya kami bertemu dengan empunya wisata
gunung, mas Ase, setelah sebelumnya hanya komunikasi melalui grup whatsapp.
Satu hal yang ga berubah dari mas Ase sejak saya ikut open trip nya dia
tahun 2013 lalu, kepada peserta open trip nya dia pertama kali, dia
akan memperkenalkan diri sebagai John
Oiya, si mas Ase ini kakak angkatan saya dan nyonya di Fasilkom
(Fakultas Ilmu Komputer), dia angkatan 2007. Dan lucunya, dulu nyonya
ngira kalo mas Ase ini anak FIB (Fakultas Ilmu Budaya), gara-gara
orangnya yang emang ‘rame’, ga seperti anak fasilkom pada umumnya. Haha Selain mas Ase, kami juga ketemu mas Sapta dan mas Bocil, yang kemudian akan jadi guide pendakian kami.
Wisata gunung mengutamakan keselamatan dalam setiap trip nya. Peserta
pun diwajibkan untuk membawa surat keterangan sehat sebagai bukti kalo
peserta dalam kondisi fisik yang baik. Bagus sih, untuk meminimalisir
kejadian-kejadian yang tidak diinginkan selama pendakian nantinya. Tapi
mahal juga cui bikin surat kesehatan waktu itu di klinik 24 jam
rawasari, 60rb dua orang
Kp Rambutan - 22.00
Setelah ke-13 peserta meeting point kp rambutan lengkap, semuanya pun dikumpulkan. Dimulai dari mas Ase dan guide-nya, masing-masing memperkenalkan diri secara singkat. Selain kami berempat, peserta lain yang memilih meeting point
di kp rambutan yaitu Fajar, Icha, Andika, Nuraziz, Juari, Steffy, Meli,
Rezki, dan Pak Budi. Selesai berkenalan, mas Ase memberi briefing singkat mengenai teknis keberangkatan.
Kami berangkat dari terminal kampung rambutan sekitar jam 22.30
dengan menumpang bus jurusan Cianjur. Ongkosnya 25 ribu ditanggung
masing-masing peserta. Dan alhamdulillah kami dibayarin mas Andi lagi. Ada banyak pendaki lain di kp rambutan, keliatan dari carrier gede yang mereka bawa. Terminal ini memang jadi pilihan favorit para pendaki yang ingin ke gunung di Jawa Barat.
Di dalam bis saya duduk dengan nyonya, sedangkan mbak Rinai duduk dengan mas Andi. cieee Sempat agak heran karena bis yang tadinya kosong tiba-tiba penuh oleh pendaki yang bukan rombongan kami. Jadi rame. haha
Semua penumpang naik, dan bis pun jalan meninggalkan terminal kampung
rambutan. Ga lama setelah bis jalan, saya ngantuk dan rasanya pengen
banget tidur. Ga tega sih tidur, karena nyonya ga bisa tidur gara-gara
kena silau lampu di dalem bis. Tapi saya kemudian ga kuat juga nahan
ngantuk dan ketiduran. Sesampainya di cipanas baru si nyonya cerita kalo
selama perjalanan, dia pengen nunjukin pemandangan bagus.. Cimory,
at-ta’awun, lampu.. Tapi saya nya tidur. Hehe.. Maaf sayang..
Pasar Cipanas - Tengah Malam
Skip-skip perjalanan di bis karena saya ketiduran, bis pun sampe di
pasar cipanas. Turun dari bis, udara dingin mulai menyerang. Selain
kami, udah banyak pendaki lain yang duduk-duduk di pinggir jalan. Kami
pun memilih spot kosong di trotoar dan menunggu mas Ase dan tim
yang mencari tiga peserta lain yang memilih meeting point di pasar
Cipanas, yaitu Au, Ridwan, dan Fallah. Beberapa lama menunggu, akhirnya
semua lengkap dan kami naik angkot carter an yang sudah disiapkan. Salah
satu enaknya ikut open trip ya ini, ga perlu pusing mikirin
transportasi, semuanya udah diatur dan dipersiapkan, peserta tinggal
menikmati perjalanan.
Perjalanan dari pasar Cipanas menuju base camp gunung putri
makan waktu sekitar setengah jam. Jalannya sempit dan rusak parah. Cuma
muat buat dua angkot, jadi kalo ada truk sayur atau truk TNI lewat,
kendaraan lain harus melipir. Waktu di angkot, kami papasan sama
rombongan pendaki yang sedang jalan. Strong banget mereka, padahal jarak dari pasar Cipanas sampe atas itu lumayan jauh dan nanjak. Ya mungkin jadi pemanasan buat mereka.
Guest House, Gunung Putri - 03.00
Sekitar jam 03.00 kami tiba di kawasan Gunung Putri. Kami mengikuti
mas Ase ke salah satu rumah warga yang dijadikan tempat beristirahat.
Lumayan lah untuk sekedar nyelonjorin kaki. Udara di sini terasa lebih
dingin dibanding di pasar cipanas tadi. Nempelin kulit di ubin aja
rasanya nyelekit. Masih ada waktu cukup buat istirahat, saya mencoba
tidur beralas matras.
Sekitar jam 04.30, saya dan mas Andi keluar buat shalat subuh di
mesjid yang letaknya ga jauh dari tempat istirahat. Airnya bro… brrr
dingin pisan.. Selesai shalat, kami kembali ke rumah istirahat, kemudian
bareng sama nyonya, mbak Rinai, dan Au sarapan di warung sebelah rumah.
Ga ekspektasi tinggi sih, lumayan lah saya makan nasi sama ati. Yang
lain sih rata-rata ambil telor.
Selesai shalat dan makan, kami berkumpul untuk menerima briefing
dari mas Ase, isinya kurang lebih negesin tata tertib dan kesepakatan
bersama antara Wisata Gunung sebagai penyelenggara dan peserta. Ini
penting biar sama-sama enak selama pendakian.
Yak.. Cerita ngalor-ngidul ga kerasa banyak juga.. Lanjutannya disambung di part 2 ya..